Jl. DR. Wahidin Sudiro Husodo No.127, Kebomas, Randuagung, Kec. Gresik, Kabupaten Gresik, Jawa Timur 61121

(031) 3981990

Damar Kurung

Damar Kurung

Damar Kurung adalah sejenis lampion, pelita atau lentera khas Gresik, Jawa Timur. Jadi secara harfiah, Damar Kurung adalah lampu (damar, Bahasa Indonesia) yang dikurungi. Tetapi yang menarik adalah motif lukisan gambar unik yang menghiasi keliling Damar kurung tersebut. Di samping itu memajang Damar Kurung di depan rumah setiap bulan Ramadan menjadi tradisi masyarakat setempat, demikian juga tradisi arak-arakan membawa Damar Kurung setiap menjelang bulan Ramadan.

Konon Damar Kurung merupakan metamorphosis dari Wayang Beber. Motif lukisan Damar Kurung lebih condong ke gaya lukis era Sunan Prapen yang gaya lukis dari serat babad Sindujoyo. Atau juga mirip motif kain batik dan kain tenun dari Sasak Nusa Tenggara Barat. Namun dalam perkembangannya menjadi gaya lukisan tersendiri yang naif dan naratif atau seperti kekanak-kanakan.

Awalnya pembuatan Damar Kurung memanfaatkan kertas minyak dan pewarna, kemudian beralih memakai kanvas dan cat minyak. Perubahan alat dan bahan Damar Kurung diperkenalkan oleh pelukis modern Imang A.W. Banyak anggapan bahwa Damar Kurung diadopsi dari lentera Tionghoa, namun sebenarnya Damar Kurung lebih condong ke lentera Jepang. Lentera Jepang yang lebih mirip dengan Damar Kurung tersebut bernama Toro, yang artinya lentera dengan kerangka. Lukisan Damar kurung yang diciptakan mempunyai makna dan tujuan, dan itu lebih ditujukan kepada yang masih hidup. Damar Kurung menggambarkan kehidupan sehari – hari masyarakat Gresik, seperti bertani, nelayan dan kegiatan – kegiatan keagamaan.

Pembuat Damar Kurung terakhir di Gresik adalah Sriwati Masmundari atau Mbah Ndari (Januari 1904 – 25 Desember 2005). Sulung dari 4 bersaudara ini memiliki kemampuan melukis yang diturunkan oleh Sang Ayah yang lebih dikenal sebagai seorang dalang. Sepeninggal ayahnya, Mbah Masmundari memanfaatkan kemampuan melukisnya untuk mencukupi kebutuhan keluarga sehari-hari. Awalnya, Ibu Masmundari menggunakan cat roti atau pewarna makanan dan sisa sisa cat. Dari kombinasi yang sederhana itulah lahir sebuah karya bernama Damar Kurung.

Mbah Ndari yang semula tinggal di desa Lumpur Gresik, setiap menjelang bulan Ramadhan, menjajakan Damar Kurung buatannya di sekitar trotoar pasar Gresik. Dalam setiap karyanya, ia berusaha menyampaikan situasi social yang tengah berkembang dari pengamatan dan refleksinya sendiri. Gambar – gambar yang ada di setiap sisi Damar Kurung kebanyakan menceritakan tentang kegiatan sehari – hari masyarakat Gresik, seperti pasar malam, kondisi pasar, dan kebudayaan masyarakat setempat. Kesenian ini juga penuh dengan makna dan symbol keagamaan yang dimunculkan kental dengan kehidupan religi. Adanya penggambaran tentang orang sholat, mengaji, kesenian – kesenian yang bernuansa islami seperti hadrah dan qosidah dan sebagainya. Kebanyakan pembeli adalah anak – anak kecil. Hal itu dikarenakan lukisan Mbah Masmundari lebih bersahabat dengan dunia anak – anak. Di samping itu, memang anak – anak sekolahlah yang suka membawa – bawa Damar Kurung dalam arak – arakan atau sebagai kebanggaan tersendiri saat bermain bersama teman – temannya.

Pada tahun 1980-an, Mbah Masmundari mulai aktif melukis hingga pada tahun 1987 Bentara Budaya Jakarta menjadi saksi dari Pameran Perdana Beliau, disusul dengan pameran – pameran berikutnya. Popularitas Damar Kurung mencapai puncaknya ketika Damar Kurung tidak hanya difungsikan sebagai benda pakai (lampion) namun dilakukan diversifikasi dalam bentuk lukisan Damar Kurung, yang dipamerkan dalam pameran kukisan di berbagai tempat di Bentara Budaya Jakarta, Hotel Hyatt Surabaya, Dewan Kesenian Surabaya, Balai Sidang Senayan Jakarta, Hotel Tugu Park Malang, Hotel Mirama Surabaya, Hotel Radison Plaza Suite Surabaya dan di Gedung Pertamina Surabaya serta sejumlah pameran bersama pelukis lain.

Masmundari pun mendapatkan sejumlah penghargaan, antar lain:

1.     Piagam Penghargaan dari Bupati Gresik sebagai Seniman Berprestasi Nasional (1991)

2.     Kartini Award dari Radison Plaza Suite Hotel (1996)

3.     Penghargaan Seni Tahun 1991 dari Tugu Park Foundation

4.     Penghargaan dari Gubernur Imam Utomo sebagai Seniman Kreator Bidang Seni Rupa      (2002)

 

Link Data Pokok Kebudayaan ( DAPOBUD ) KEMENDIKBUD : Klik Disini


Related Posts

Hubungi Kami
Logo

Situs kami menggunakan cookie untuk meningkatkan pengalaman Anda. Silakan menyetujui Kebijakan Privasi untuk pengalaman terbaik.