1. Hindu Budha
- Alu adalah Alat penumbuk kemungkinan berasal dari masa Kerajaan Majapahit sekitar abad 13 M. Digunakan untuk menumbuk padi atau biji-bijian. Berasal dari Masjid Ainul Yakin Kompleks Situs Makan Sunan Giri, Desa Giri, Kecamatan Kebomas, Bapak Muklas, Kelurahan Sidomukti, Kecamatan Kebomas (Hibah). Peninggalan Syech Abdul Rozak, Desa Segoromadu Kecamatan Kebomas, Desa Pacuh Kecamatan Balongpanggang.
- Lumpang adalah wadah berbentuk bejana yang terbuat dari kayu atau batu. Lumpang berbahan batu monoloit, Kemungkinan berasal dari kerajaan Giri sekitar abad 13 dan 15 M. Digunakan untuk menumbuk padi atau biji-bijian. Berasal dari Masjid Ainul Yakin Kompleks Situs Makan Sunan Giri, Desa Giri, Kecamatan Kebomas, Bapak Muklas, Kelurahan Sidomukti, Kecamatan Kebomas (Hibah). Peninggalan Syech Abdul Rozak, Desa Segoromadu Kecamatan Kebomas, Desa Pacuh Kecamatan Balongpanggang.
- Arca Budha Perunggu Bawean. Arca ini temuan survei dan ekskavasi Balai Arkeologi Yogyakarta tahun 2018 di Pulau Bawean. Arca Budha berbahan perunggu ini ditemukan berkolerasi dengan temuan beberapa stupika di situs yang sama dengan temuan tahun 1986 di Desa Sidogedungbatu, Kecamatan Sangkapura Pulau Bawean. Penemuan Arca Budha walau telah terfragmentasi bagian badan, mudra, patmasana serta fragmen cawan perunggu dan stupika sebanyak 4 buah tersebut merupakan sarana peribadatan pemeluk Agama Budha yang sekaligus mempertegas bukti kehadiran Agama Budha di Pulau Bawean. Ukuran Arca Budha berbahan perunggu mempunyai tinggi 11 cm, lebar 7 cm dan tebal 3 cm. Ciri ikon ografi Arca Budha perunggu Bawean berbeda dengan Arca Budha Langgam Jawa Tengahan. Kesamaan langgam Arca Budha Bawean lebih mendekati gaya Arca Budha sempaga terutama pada bentukan bibir yang lebih tebal. Berasal dari Situs Batu Sendi, Desa Sidogedungbatu, Sangkapura, Pulau Bawean.
- Arca Mahakala. Arca ini merupakan hibah dari Propinsi Jawa Timur. Arca Mahakala mempunyai tinggi 60 cm dan lebar 34 cm yang berbahan batuan andesit. Dalam Agama Hindu, arca ini merupakan penjaga pintu masuk pada candi sebelah kiri dengan sikap berdiri yang berpasangan dengan arca Nandiswara. Arca ini ditemukan penambang pasir di muara sungai Desa Sawahmulyo, Sangkapura, Bawean. Berbahan batu andesit, biasanya terletak di relung sebelah kiri pintu masuk candi. Dikenal sebagai dewa pembinasa, digambarkan berdiri di atas asana dalam bentuk Krodha (menakutkan) berambut gelombang dengan membawa atribut Gada. Di bagian muka telah aus, dibelakang tubuhnya terdapat stela. Mewakili gaya arca masa Majapahit. Berasal dari Desa Sawahmulya, Pulau Bawean.
- Fragmen Batu Pipisan. Berbahan batu Andesit dan berukuran Panjang 20 cm, lebar 15,5 cm dan tinggi 7 cm. Batu pipisan berfungsi sebagai alat menghaluskan ramuan bumbu bahan makanan. Situs ini berada ditengah tambak dengan temuan fragmen gerabah, batu bara dan koin mata uang yang mengindikasikan pemukiman tepian Sungai yang semasa dengan Leran dan Majapahit. Berasal dari Desa Tebalo, Kec. Manyar.
- Stupika merupakan miniatur dari stupa yang merupakan sarana pemajuan Agama Budha di Nusantara pada abad IX M. Stupika ini berbahan tanah liat yang dikeraskan dengan proses pembakaran. Pada situs ini juga ditemukan umpak tiang bangunan yang bentuknya juga menyerupai stupa. Berasal dari Desa Sidogedungbatu, Kec. Sangkapura, Pulau Bawean.
2. Islam
- Wuwung Atap berasal dari Kompleks Kubur Sunan Giri Wuwung ini merupakan bagian dari atap bangunan yang penempatannya berada di sisi paling atasdimana kedua sisi atap bertemu. Berdasarkan juru kunci Kubur Sunan Giri, Wuwung ini bagian dari atap salah satu bangunan di Kompleks Kubur Sunan Giri. Wuwung atap dari Komplek Kubur Sunan Giri. Ada bagian lubang dan lekukan untuk mengaitkan antar wuwung. Berasal dari Kompleks Kubur Sunan Giri.
3. Kolonial
- Fragmen Bata Merah Benteng Lodewijk. Bata merah ini merupakan unsur bangunan dari Benteng Lodewijk yang di impor khusus untuk pembangunan benteng. Berdasarkan bentuknya, bata merah ini dibuat dengan teknik cetak pres bertanda angka 183 dan memiliki ukuran panjang 35 cm dan lebar 10 cm. Berasal dari Pulau Mengare, Desa Tanjung Widoro, Kec. Bungah.
- Fragmen Botol Eropa. Fragmen botol kaca ini ditemukan di dalam bagian benteng maupun pantai yang terabrasi air laut. Bentuk botol ini berdasar bulat maupun persegi empat. Bahan kaca dari fragmen botol kaca yang ditemukan berwarna kehitaman yang menunjukkan berasal dari satu sumber bahan baku. Fragmen botol kaca dari bagian bawah berwarna hitam. Alasnya berbentuk segi empat datar. Tercetak angka 1 pada alas dan huruf ..NG HIAN dan ..RABAIA di bagian badan botol. Berasal dari Benteng Lodewijk, Pulau Mengare, Desa Tanjung Widoro, Kec. Bungah.
- Sirine Gardu Suling. Mesin Sirene merupakan alat penghasil suara yang digunakan Belanda sebagai penanda serangan terhadap Kota Gresik. Benda ini awalnya terpasang diatas menara agar jangkauan suara dapat lebih jauh. Ukuran mesin sirene: tinggi badan 95 cm, diameter 32 cm. Atap sirene: tinggi 46 cm, diameter 51 cm. Mesin sirene ini diturunkan masyarakat tanpa proses perekaman data. Berasal dari Gardu Suling Jalan Basuki Rahmad, Kecamatan Gresik Kota.
- Uang Koin Kepeng Cina. Uang kepeng Cina ini merupakan salah satu alat tukar asing yang dipergunakan di Nusantara pada masa lalu telah berlangsung hingga antar bangsa. Sedangkan Cina merupakan salah satu kontak dagang yang besar dengan komoditas utama berupa keramik. Berasal dari Kec. Manyar.