Jl. DR. Wahidin Sudiro Husodo No.127, Kebomas, Randuagung, Kec. Gresik, Kabupaten Gresik, Jawa Timur 61121

(031) 3981990

Dhurung Bawean

Dhurung Bawean

Dhurung Bawean merupakan warisan arsitektur tradisional dari Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, yang menyimpan fungsi multifungsi sebagai lumbung padi, balai pertemuan, tempat belajar mengaji, hingga simbol struktur sosial masyarakat agraris. Berbeda dari bangunan rumah utama, Dhurung dibangun secara terpisah dan diletakkan di bagian depan rumah dengan struktur terbuka tanpa dinding, beralaskan papan kayu atau bambu, dan atap berbentuk pelana. Material utama yang digunakan umumnya adalah kayu ulin, kayu jati, dan bambu. Keunikan Dhurung terletak pada pembagian dua fungsionalitas ruang: bagian atas sebagai lumbung penyimpanan hasil panen, dan bagian bawah sebagai ruang sosial terbuka.

Secara filosofis dan fungsional, Dhurung merepresentasikan keterbukaan, kebersamaan, dan kearifan lokal masyarakat Bawean dalam memanfaatkan sumber daya alam secara bijak. Bangunan ini tidak hanya menjadi ruang fisik, tetapi juga ruang sosial dan spiritual. Di beberapa wilayah, Dhurung bahkan digunakan untuk kegiatan kerajinan tradisional seperti menganyam tikar, menjadi tempat hunian sementara saat terjadi bencana, serta menjadi tempat edukasi non-formal bagi anak-anak. Dalam konteks arsitektur Nusantara, Dhurung memiliki karakter yang membedakannya dari bangunan serupa di daerah lain seperti Jineng (Bali), Sambi (Lombok), atau Uma Lengge (Bima), terutama karena fungsinya yang tidak terikat pada ritus keagamaan dan cara masuk ke lumbung tanpa tangga.

Meski kini keberadaan Dhurung mulai berkurang akibat modernisasi dan minimnya regenerasi pembuatannya, masyarakat dan pemerintah daerah telah melakukan berbagai upaya pelestarian. Dhurung didokumentasikan, dijadikan bagian dari dokumen pemajuan kebudayaan, dan mulai direplikasi dalam bangunan publik sebagai bagian dari revitalisasi budaya lokal. Rencana pelestarian juga mencakup pelatihan pembuatan Dhurung, edukasi pemasaran berbasis ekonomi kreatif, serta pengembangan souvenir bertema Dhurung sebagai upaya memperluas dampak sosial dan ekonominya. Kehadiran Dhurung dalam ruang wisata budaya tidak hanya menjadi bentuk pelestarian fisik, tetapi juga pelestarian nilai-nilai hidup kolektif masyarakat Bawean yang ramah, terbuka, dan berakar pada alam serta tradisi.


Related Posts

Hubungi Kami
Logo

Situs kami menggunakan cookie untuk meningkatkan pengalaman Anda. Silakan menyetujui Kebijakan Privasi untuk pengalaman terbaik.